Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates

Iklan


Sehari Tanpa Nasi”: Slogan di Tengah Krisis Beras Karimun

Mr w
Jumat, 15 Agustus 2025
Last Updated 2025-08-15T09:48:54Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
BUTUH BANTUAN HUKUM ?



Oleh: Wisnu Hidayatullah, SE


Fakta62. Info karimun – Di tengah lonjakan harga beras yang menekan masyarakat dan kelangkaan beras , pemerintah daerah membangun narasi “Sehari Tanpa Nasi, Makan Sagu”. Secara resmi, narasi ini disebut sebagai ajakan mengenal pangan lokal, bukan mengganti nasi sebagai makanan pokok. Namun, di lapangan, persepsi publik berkata lain.


Bagi sebagian warga, pesan “tanpa nasi” terdengar seperti ajakan terpaksa akibat mahalnya beras dan kelangkaan pasokan beras bukan sekadar promosi kearifan lokal. Apalagi narasi ini diluncurkan saat harga beras sedang mencekik, membuat publik sulit memisahkan antara ajakan budaya dan kebijakan darurat.


Sagu memang memiliki nilai gizi dan akar budaya yang kuat. Namun, pengelolaan sagu di Karimun selama ini minim langkah konkret. Tidak ada industri pengolahan berskala memadai, rantai pasok yang kuat, atau distribusi yang memungkinkan masyarakat menjadikannya alternatif harian.


Pemerintah beralasan program ini untuk mendorong UMKM dan ketahanan pangan. Sayangnya, publik belum melihat peta jalan yang jelas: berapa pelaku UMKM yang dibina, berapa kapasitas produksi yang ditargetkan, dan bagaimana rencana distribusi akan berjalan. Tanpa angka dan indikator terukur, program ini berisiko menjadi seremoni yang hanya ramai di hari peluncuran lalu hilang tanpa jejak.


Diversifikasi pangan memang penting, tetapi harus berpijak pada realitas lapangan. Mengajak masyarakat mengurangi nasi perlu dibarengi ketersediaan alternatif yang cukup, harga terjangkau, dan pembentukan kebiasaan konsumsi secara bertahap. Faktanya, olahan sagu di Karimun masih sulit ditemukan secara luas dan konsisten.


Pemerintah menegaskan “Sehari Tanpa Nasi” hanya ajakan, bukan larangan. Namun, persepsi publik dibentuk oleh kondisi sosial-ekonomi. Saat harga beras melambung dan daya beli melemah, slogan ini terkesan seperti solusi instan yang dibungkus narasi budaya.


Simbol identitas dan kebanggaan daerah tidak seharusnya berhenti di panggung seremoni. Jika sagu benar dianggap kebanggaan Karimun, buktikan dengan industri pengolahan yang kuat, program pembinaan petani, dan pasar yang jelas. Tanpa itu, “Sehari Tanpa Nasi” akan tinggal menjadi catatan di kalender kegiatan—bukan jawaban atas krisis pangan.

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan