Kerinci, fakta62.info-
Petani di Kabupaten Kerinci sedang menghadapi cobaan berat. Krisis air parah mengancam puluhan hektar sawah mereka, terutama yang sangat bergantung pada Irigasi D.I. Siulak Deras. Akibatnya, ancaman gagal panen sudah di depan mata, membawa kekhawatiran serius bagi perekonomian masyarakat setempat.
Ironisnya, masalah ini muncul justru saat Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI Provinsi Jambi mengalokasikan miliaran rupiah untuk perbaikan irigasi yang sama.
Irigasi D.I. Siulak Deras adalah jalur utama pengairan sawah di beberapa kecamatan seperti Siulak, Siulak Mukai, dan Air Hangat Timur. Namun, jalur kanan irigasi ini, yang hulunya berada di Lubuk Nagondang, Kecamatan Siulak, sudah lama tidak berfungsi normal.
"Masyarakat terpaksa mengambil air sawah dari pegunungan, itu pun harus berebut setiap malam," keluh seorang warga Siulak Mukai. Situasi ini memaksa petani bekerja ekstra keras hanya untuk mendapatkan air, padahal sistem irigasi seharusnya dikelola dengan baik oleh pemerintah.
Masyarakat juga menyoroti kinerja para pengamat dan juru irigasi, termasuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Mereka seharusnya melaporkan masalah krusial ini kepada atasan di Jambi. "Jangan cuma datang ke irigasi, mengambil dokumen, lalu langsung pulang. Itu sama saja memakan gaji buta," tegas seorang warga lainnya, mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap kinerja para petugas.
Tim awak media Fakta62.Info yang meliput langsung di lapangan menemukan banyak sawah kekeringan, khususnya di bawah Desa Mukai Pintu. Kondisi ini membuat petani padi terancam gagal panen. Ini bukan hanya kerugian materi bagi petani, tetapi juga pukulan telak bagi ketahanan pangan dan ekonomi daerah Kerinci.
Situasi ini sangat kontras dengan program ketahanan pangan yang digagas oleh Bapak Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Program ini bertujuan mencapai swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani, dengan berbagai inisiatif untuk mendukung produksi pangan berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada impor. Salah satu tujuan utamanya adalah mencapai swasembada pangan dalam waktu singkat, dengan menekankan pentingnya produksi pangan lokal dan peningkatan produksi komoditas pertanian padi.
Proyek Irigasi Rp14 Miliar yang Belum Ada Kejelasan
Situasi ini semakin membingungkan dengan adanya informasi bahwa proyek Irigasi D.I. Siulak Deras menjadi salah satu prioritas strategis BWSS VI pada tahun anggaran 2025. Dana yang dialokasikan dari APBN mencapai hampir Rp14 miliar. Proyek ini dinilai lebih penting dibanding proyek lain karena menyasar wilayah pertanian aktif dan padat penduduk di Kerinci, yang merupakan sentra produksi hortikultura dan padi.
Bahkan, salah satu warga Desa Mukai Pintu dengan nada tegas menyampaikan ke media ini, "Sebentar lagi akan ada proyek P3a, yang akan berjalan dari aspirasi dewan Pusat DPR RI, empat titik kecamatan Siulak Mukai, dan satu lagi di Danau Tinggi," ujarnya dengan senyum.
Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda dimulainya pembangunan atau aktivitas proyek Rp14 miliar tersebut. Minimnya sosialisasi dan kegiatan di lapangan menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat: ke mana anggaran sebesar ini akan diarahkan di tengah kebutuhan mendesak para petani?
Publik dan Harapan Transparansi Hingga berita ini diturunkan, upaya awak Media Fakta62.Info untuk mendapatkan konfirmasi dan penjelasan dari Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI Provinsi Jambi belum membuahkan hasil. Publik sangat menanti transparansi dan akuntabilitas dari BWSS VI Jambi terkait pengelolaan anggaran, progres proyek, serta langkah konkret yang akan diambil untuk mengatasi krisis air irigasi yang melanda petani Kerinci.
Krisis ini bukan hanya ancaman bagi pendapatan petani, tetapi juga bagi stabilitas pangan daerah. Akankah proyek miliaran rupiah ini benar-benar membawa solusi, atau hanya menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat di tiga kecamatan terdampak?
(S boy)