Langit Gelap Menelan Cerita Pada Sabtu, 2 Agustus 2025, sekitar pukul 14.30 WIB, saat matahari masih memancarkan cahayanya, langit Kerinci tiba-tiba berubah kelabu. Angin kencang datang menderu, berputar, dan menghantam apa pun yang dilaluinya. Rumah-rumah yang tadinya menjadi istana kecil tempat keluarga bernaung, kini hanya menyisakan puing-puing dan atap yang berserakan. Warga yang panik berlarian mencari perlindungan, menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kerja keras seumur hidup mereka, yang dibangun dengan keringat dan air mata, lenyap dalam hitungan detik.
Tangisan di Atas Puing Kehidupan Kesedihan yang mendalam terukir jelas di setiap wajah korban. Mereka kehilangan bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga kenangan, kehangatan, dan rasa aman yang telah lama mereka bangun. Total 109 rumah hancur, dengan 36 di antaranya rusak parah hingga nyaris tak berbentuk, 20 rusak sedang, dan 53 rusak ringan. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari 109 keluarga yang kini harus berdiri di atas puing-puing, berusaha menemukan kekuatan untuk kembali menata hidup yang porak-poranda.
Kini, satu-satunya harapan adalah uluran tangan dari berbagai pihak. Amrizal memohon agar pemerintah daerah segera mengambil langkah tanggap darurat, terutama untuk perbaikan rumah yang rusak. Bantuan dan dukungan sangat dibutuhkan agar warga Kayu Aro bisa kembali membangun mimpi yang sempat hancur. Mari kita ulurkan tangan, pulihkan luka yang membekas di hati, di tanah Kerinci yang kita cintai.
(S boy)