TNI Gabungkan Lab AD, AL, AU: Bentuk Farmasi Pertahanan Nasional

TNI Gabungkan Lab AD, AL, AU: Bentuk Farmasi Pertahanan Nasional

Rabu, 23 Juli 2025, Juli 23, 2025

Jakarta, fakta62.info- 



Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan mengerahkan TNI untuk ikut memproduksi obat-obatan murah. Hal ini didasari oleh masih tingginya harga obat-obatan di Indonesia, bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga.



Setelah resmi melakukan kerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, produksi obat yang sebelumnya hanya difokuskan pada prajurit TNI ke depannya bisa dilakukan secara massal untuk masyarakat. Obat-obatan ini rencananya akan 50 persen lebih murah dibandingkan harga pasar dan dijual di Koperasi Merah Putih.



Untuk melakukan produksi, laboratorium farmasi di TNI akan digabung menjadi satu sebagai farmasi pertahanan negara.



"Kebetulan, Kementerian Kesehatan baru saja mengadakan reformasi struktur. Semua laboratorium farmasi yang ada di TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan juga TNI Angkatan Darat kita konsolidasi menjadi satu farmasi pertahanan negara yang memproduksi obat dan kita tujukan kepada kooperasi-kooperasi di desa," kata Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kantor Kementerian Pertahanan, Selasa (22/7/2025).



Menhan menjamin obat produksi TNI nantinya akan mengikuti standar yang ditetapkan oleh BPOM, sehingga aman dan bermanfaat untuk masyarakat.





Meski harga obat-obatan produksi TNI sudah berharga murah, Menhan menyebut pihaknya akan memikirkan skema untuk membuat obat-obatan tersebut menjadi gratis. Dengan begitu, akses ke obat-obatan bisa lebih mudah, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.



"Kita memberi obat-obatan atas regulasi dari Badan POM yang dipimpin oleh Pak Taruna Ikrar dengan harga yang murah. Dan sekarang kita pikirkan bagaimana caranya harga murah itu turun lagi menjadi obat-obatan gratis yang diperlukan oleh rakyat," sambungnya.



Kepala BPOM RI Prof Taruna Ikrar menyebut bahwa salah satu penyebab tingginya harga obat-obatan di Indonesia adalah bahan baku yang mayoritas impor. Bahkan, lebih dari 90 persen bahan baku obat di Indonesia diimpor dari negara lain.



"Bahan baku kita masih 94 persen impor dari berbagai negara, khususnya dari India, dari China, sebagian dari Eropa khususnya Belanda dan Jerman, dan Amerika. Ini krusial karena kita tahu obat ini bagian dari hal yang sangat penting kebutuhan masyarakat kita, artinya itu bagian dari ketahanan nasional," kata Prof Taruna dalam kesempatan yang sama.




(avk/kna)





Sumber: Detik.com

TerPopuler