Harga pupuk bersubsidi di Desa Tanjung Mangedar, Kecamatan Kualuh Hilir, dilaporkan jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah. Sejumlah petani mengeluhkan mahalnya harga yang mereka harus bayar, yang dinilai tidak sesuai dengan ketentuan resmi.
Sesuai regulasi pemerintah, HET pupuk urea bersubsidi ditetapkan sebesar Rp2.250 per kilogram atau Rp112.500 per karung 50 kg. Sedangkan pupuk NPK bersubsidi ditetapkan sebesar Rp2.300 per kilogram atau Rp115.000 per karung 50 kg.
Namun, berdasarkan penelusuran tim media di lapangan, harga jual yang diterima petani di Desa Tanjung Mangedar mencapai Rp180.000 per karung. Seorang narasumber dari Kelompok Tani Sido Mulyo, berinisial A, yang menjabat sebagai bendahara kelompok, membenarkan hal tersebut.
“Saya beli dari MKIOS seharga Rp165.000, lalu kami jual ke anggota Rp180.000. Ongkos angkut Rp5.000, upah bongkar atau petak Rp2.000, sisanya kami bagi untuk operasional pengurus,” ujarnya saat diwawancarai.
Pernyataan ini menimbulkan dugaan adanya markup harga di tingkat penyalur atau MKIOS (penyalur resmi pupuk subsidi), yang berujung pada tingginya harga di tingkat petani.
Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan upaya pemerintah pusat dalam mendorong ketahanan pangan nasional dan mendukung produktivitas petani. Jika harga pupuk tidak dikendalikan sesuai HET, dikhawatirkan akan berdampak pada biaya produksi pertanian dan kesejahteraan petani itu sendiri.
Menyikapi hal ini, masyarakat berharap Kementerian Pertanian, khususnya Menteri Pertanian Bapak Andi Amran Sulaiman, dapat melakukan evaluasi dan penindakan tegas terhadap oknum MKIOS atau pihak-pihak yang diduga memainkan harga di luar ketentuan.
Masyarakat petani meminta perhatian serius agar kebijakan subsidi yang bertujuan meringankan beban petani benar-benar dapat dirasakan manfaatnya di lapangan.
(AkuiSinaga)
