Kerinci, fakta62.info-
Proyek Revitalisasi Sekolah Menengah Atas (SMA) senilai lebih dari Rp1,2 miliar di SMAN 4 Kerinci menjadi sorotan setelah para pekerjanya terpantau mengabaikan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Bantuan Pemerintah (Banpem) yang bersumber dari APBN 2025 ini dilaksanakan secara swakelola, namun temuan di lapangan menunjukkan para pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) standar seperti helm, sepatu, atau rompi keselamatan.
Program senilai total Rp1.267.202.000 ini meliputi pembangunan laboratorium komputer, dua unit toilet dan sanitasi, serta rehabilitasi lima ruang kelas. Pelaksanaan proyek ini dilakukan melalui skema swakelola oleh pihak sekolah selaku penerima bantuan, di mana Kepala Sekolah SMAN 4 Kerinci disebut-sebut sebagai pihak pelaksana kegiatan melalui pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK).
Hasil pantauan di lokasi menunjukkan bahwa sejak dimulainya pelaksanaan selama 120 hari, sejumlah pekerja tengah beraktivitas tanpa menggunakan APD. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai penerapan standar keselamatan kerja dalam sistem bangunan di proyek yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini.
Selain masalah K3, proyek ini juga menarik perhatian karena papan proyek tidak mencantumkan nama kontraktor. Ada pula catatan mengenai teknis pengerjaan, di mana dalam sistem pengerjaannya tidak dibenarkan adanya tumpang tindih seperti pemasangan keramik yang seharusnya membongkar yang lama terlebih dahulu, dan Standar Rangka Baja harus SNI (seperti taso, bukan Kaso).
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi yang diperoleh dari pihak Kepala Sekolah SMAN 4 Kerinci, Nelly Afrianti, maupun Dinas Pendidikan terkait detail pelaksanaan kegiatan dan langkah yang akan diambil untuk menjamin keselamatan para pekerja. Pungkas
(S boy)