Serdang Bedagai, fakta62.info -
Sebanyak lima ekor lembu kurban disembelih dan dagingnya dibagikan kepada ratusan anak yatim piatu dan keluarga kurang mampu dari seluruh sekolah dasar di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, pada Sabtu (7/6/2025).
Kegiatan ini merupakan inisiatif sosial dari para guru dan kepala sekolah dari 5 gugus SD yang ada di kecamatan tersebut. Dana untuk pembelian hewan kurban dikumpulkan secara swadaya oleh para pendidik selama beberapa bulan menjelang Iduladha 1446 H.
Acara penyerahan secara simbolis dilaksanakan di halaman Kantor Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Tanjung Beringin, mulai pukul 07.30 WIB. Proses penyembelihan dilakukan di lokasi masing-masing kelompok, kemudian dagingnya didistribusikan langsung ke keluarga siswa penerima manfaat.
Data Penerima Diverifikasi
Menurut Ketua Panitia, Mahdar Suryani, S.Ag., penerima daging kurban adalah siswa-siswi yatim piatu dan keluarga miskin yang datanya dikumpulkan dan diverifikasi oleh masing-masing sekolah.
“Kami pastikan distribusinya tepat sasaran. Setiap sekolah menyerahkan daftar penerima yang divalidasi bersama. Rata-rata satu ekor lembu dibagikan kepada 35–40 keluarga penerima,” jelas Mahdar, yang juga Kepala SD Negeri 106217 Lorong Amaliun.
Guru Tidak Hanya Mengajar, Tapi Juga Mengabdi
Firman Ginting, S.Pd., M.M., selaku Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Tanjung Beringin, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif para guru.
“Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan dalam kehidupan sosial. Ini bukti nyata bahwa pendidikan bisa hadir dalam bentuk kepedulian langsung kepada masyarakat,” ujarnya dalam sambutan.
Distribusi Adil dan Merata
Distribusi dilakukan di lima titik berbeda yang mewakili masing-masing gugus SD. Daging kurban dikemas dalam paket rata-rata seberat 1,5–2 kg per keluarga, dan langsung diserahkan kepada wali murid atau keluarga penerima.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi agenda sosial tahunan, tetapi juga momentum untuk memperkuat nilai gotong royong, solidaritas antar guru, dan mengajarkan siswa arti berbagi dan keikhlasan dalam konteks nyata kehidupan.
“Kita ingin anak-anak tidak hanya mendapat pelajaran akademis, tetapi juga merasakan kehadiran guru dalam kehidupan sosial mereka. Ini yang kami sebut mengajar dengan hati, berkurban dengan cinta,” tutup Mahdar.
By.(Rudy nasution )